Senja dan Malam
Semalam pada pesta pernikahan senja dan malam
Kau kenakan gaun yang terbuat dari kain cantik
Secantik wajahmu
"Tidak juga, aku sedang cemberut
inginnya ngedumel melulu"
Oh, begitu
Tapi kamu cantik, kelak pada hari itu
Kuhadiahimu puisi, ya.
Mengeja Kenangan
Bagaimana caranya mengeja kenangan?
Bila hurufnya tertinggal
Dan tanda bacanya terus menempel
Di bola matamu
Seseorang memahatnya di sana
Entah bagaimana kau buta
Yang tersisa hanyalah sunyi
Lebih sunyi dari nyepi
Rapuh di dadamu adalah piutang
Yang kau gadaikan untuk seseorang
Memahatnya dalam dada
Sangat dalam
Pada akhirnya kau tetap berdiri
Tidak dengan kaki
Pula tidak dengan hati
Namun dengan seribu maki
Kukhatamkan dukanya
Kukultuskan kepergiannya
Namun tidak kunjung aku tahu
Siapa pemenangnya
Dadamu menggelagar
"Apakah ini mimpi?"
Sekujur tubuhmu luruh
Kita sama-sama bisa mendengar
Hati ini bergetar
Tapi kau tidak juga gentar
Beberapa tahun kemudian
Pada jarak yang tak bisa kau takar
Seseorang lain menemukanmu
Mendapati bahwa
Kau masih dapat berdiri
Dan dengan lantang menyebut
"Kenangan"